“Lewat mimpi di larut malam. Setiap kejadian seolah menahan agar tidak menyerah pada keadaan. Harus seperti apa aku melukiskan kisah lengkapnya, jika kuas yang aku gunakan sudah patah. Dan dipatahkan orang. Pernah berkali – kali aku membuat garis sejajar, agar antara kita bisa saling bersandar beriringan. Namun, kamu meminta keindahan dan aku tidak bisa mengungkap keinginanmu. Karena kau telah menjadi kisah abu di masa laluku. Bahagiamu, adalah dirimu yang tanpa diriku.”
0 Comments