Sisi Lain (EPISODE 5)

EPISODE 5


Kabar bahagia pun datang menghampiri mereka berdua,....

-----

Greta dan Naira mengambil posisi rebahan sambil membaca buku karya Inggrid Sonya. Naira membaca “Wedding with Converse” sementera Greta membaca “Revered Back”. Tiba-tiba
handphone mereka berdering bersamaan, dilihatnya layar handphone bertuliskan new message atau ada  pesan masuk. 

Naira menyenggol Greta dengan sikut kanannya dan menunjukan arah mata ke handphone yang masih menyala itu sebagai tanda isyarat untuk segera membuka isi pesan tersebut. Namun, Greta mengabaikan dengan menggelengkan kepala. 

Naira pun meraih handphone-nya di atas meja rias, dibukanya sandi dengan kode beberapa digit angka lalu segera melihat ke pesan masuk.  Hanya ada dua pesan dihandphone tersebut yang belum terbaca, salah satunya dari Bimbim (Bima)  dan satunya lagi berupa nomor tidak dikenal atau nomor baru. Tentu saja yang pertama kali dibuka adalah pesan dari Bima.

To    : Naira
From : Bimbim

"Nai, hari minggu ada acara gak? Ada film bagus nih."


Naira segera membalas pesan Bimbim, 

"Aku minggu free Bim. Oke." (Lalu menekan tombol send di sisi kanan text pesan).


---------Message send succes-----------------------

-----


To       : Naira
Form     : Nomor tidak dikenal

"Selamat pagi, Nn. Naira, 

Dengan diterimanya pesan ini, kami ingin memberitahukan hasil  tes Interview & Psikotest pada tanggal 6 Januari 2011. Bahwa saudara Nn. Naira berhasil memenuhi syarat dari dua tes tersebut dan selamat, Nn. Naira sudah bisa bergabung dalam perusahaan kami. Selanjutnya, per tanggal 10 Januari 2017 Nn. Naira bisa memulai bekerja di perusahaan kami."

Best Regard,

-----

Naira bersyukur atas beberapa anugerah dan kesempatan yang diberikan Tuhan pada hari ini. 
  • Pertama, Bima mengajak Naira menonton Film dan,
  • Kedua, Naira diterima kerja diperusahaan yang sama dengan Bima (satu corporate). 
Khayalan awal yang kini menjadi nyata pun mulai masuk dalam lamunan yang amat serius, betapa menyenangkan jika kerja bersama orang yang disukainya. (Ya, Naira mulai menaruh rasa kepada Bimbim).

-----

Namun, saking terbawa suasana tersebut, Naira lupa bahwa Greta juga melamar kerja ditempat yang sama dengannya

"Apa Greta diterima juga ya?" Tanyanya dalam hati penuh jawaban pasti.

“Taaaa,,,, coba buka handphone-mu”, Naira meraih ponsel Greta lalu memberikan kepada Greta dengan terburu-buru.

“Aduh, gak usah heboh, Nai”, jawab Greta, sembari menampilkan sikap santai dan suasana hati yang dingin, karena terbawa kisah cinta Dimi dan Jana (buku yang sedang dibacanya).

“Cek dulu Cek", Naira mencoba membujuk lebih tidak sabaran lagi.

Akhirnya, Greta membuka isi dari pesan masuk yang dari tadi membuat Naira sedikit cerewet gak berhenti-berhenti. 

(Dibacanya pesan tersebut dengan seksama, tanpa melewatkan satu kata pun).
Greta terdiam, tak ada reaksi setelah membaca pesan tersebut. Naira bingung, dan penasaran, 
"apa jangan-jangan, Greta ditolak ya?" (gumamnya pelan, menebak-nebak sendiri).

Greta bangkit dari posisi badannya yang sedari tadi nyaman rebahan, berdiri disamping tempat tidur yang tak begitu tinggi. Wajahnya yang sayu dan tubuh mematung dengan raut muka datar tak tergambarkan lagi. 
Naira yang melihat hal tersebut segera memeluk sahabatnya itu. Naira tau persis bagaimana ekspresi Greta kalau sedang kecewa.

“Ta, jangan sedih yah. Kamu harus tetap semangat & berusaha lagi dan lagi, toh kita masih bisa bareng-bareng kan dirumah, masih banyak kesempatan di luaran sana.” 
Naira mencoba menenangkan Greta (sembari mengusap pundaknya). Dia merasa sangat bersalah, bahagia diatas kesedihan sahabatnya.

“Ayeee Gua Kerjaaaaa !!!!. Semesta memang sangat baik padakuuu.. :)” teriak Greta dengan suara khasnya.

Naira kaget, pun merasa tertipu. Ternyata Greta pura-pura dengan wajah sedihnya itu. Naira lagi-lagi terus emngucapkan syukur. Mereka dapat bersama-sama, termasuk dalam tempat kerja.

“Kamu bikin aku takut tau, Ta” (masih dalam perasaan takut mengecewakan Greta).

“Ngapain takut sih, percaya sama Greta. Greta gak akan gugur.. ”, ucapnya dengan Percaya Diri.

“Iya iya”, melepaskan pelukan dan teriak bersama,
 “Karena semesta milikku..!!!” mereka akhirnya tertawa lepas dan segera pergi ke Warung Terminal untuk memberi tahu kabar bahagia tersebut ke orang tua Greta.

-----

Betapa bahagianya Ibu dan Ayah Greta mendengar kabar tersebut, mereka memeluk dua putrinya itu. Ya dua putri, karena Naira sudah dianggap seperti putri mereka sendiri. Terbesit haru dan nelangsa dibalik rasa hangat yang Naira terima dari keluarga tersebut. 
"Andai Bapak dan Ibu mengetahui hal ini, apakah mereka akan bahagia seperti Ayah dan Ibu Greta?".

-----

  • Hari pertama masuk kerja
Selepas shalat subuh,  Naira dan Greta langsung merapikan penampilan mereka dan menyiapkan segala keperluannya untuk memulai pekerjaan pertamanya.
"Duh anak-anak Mama udah rapi dan wangi yaa”,
Ibu mencoba menggoda mereka dari daun pintu yang sedikit terbuka.

“Hari pertama nih Mah, berarti sarapannya harus istimewa” timpal Greta kepada Ibunya.

"Semua hari sangat istimewa, sayang. Sejak kamu lahir dan sejak Naira hadir diantara kita.”
Naira dan Greta segera menghampiri wanita yang berdiri di ambang pintu tersebut dan memeluknya penuh kasih sayang.


-----

Hari-hari pun mereka lalui bersama, suka duka, persahabatan, kisah Naira dan Bima turut menyemarakan perasaan layaknya pemuda dan pemudi yang tengah dimabuk kasmaran (namun belum sampai saling mengungkapkan). 

Bukan hanya Naira, Greta juga gak mau kalah dalam kisah pribadinya. Dia bertemu dengan seorang pria manis yang bekerja di Mcd. (Pada waktu itu..) Dengan alasan ingin beli McFlurry ternyata ada hati yang merindu dan tertinggal disana. Namun sayangnya, kisah tersebut tak berlangsung lama. Karena ada yang bermain api. 

Dari hal ini, hari-harinya menjadi suram, seperti mendung bak pertanda akan turun hujan, ini tentang hari patah hati Greta. Naira dan Bima mencoba menghiburnya. Namun, tetap saja hati yang terluka butuh waktu lama untuk mengeringkan bekas lukanya. Greta tak ingin membeli McFlurry selama 6 bulan lamanya. 

“Lukamu sudah sembuh, Nak?” tegur wanita yang sudah paruh baya.

“Harus sembuh, Mah. Karena ada hati lain yang membutuhkan hati yang patah ini dan melengkapinya dengan kasih sayangnya yang tulus” jawab Greta menguatkan diri.

“Itu baru anak Mamah” (mencium kening Greta).

“Naira ko gak main kerumah ya?” 

Setelah 3 bulan bekerja, Naira memutuskan untuk indekos di depan gang rumah Greta. Karena itu sudah perjanjian yang disepakati waktu pertama bertemu dengan Greta. Walapun dengan berat hati, Ibu harus melepaskan putri keduanya tersebut, Ibu Greta harus mengikhlaskan. Karena Naira berusaha untuk menepati janjinya agar bisa mandiri.

“Paling lagi jalan sama Bima, Mah”, (dengan wajah cemburu)
“Kamu cemburu atau iri?” mamah meledek Greta.
“cemburu aku mah, diduain begini” ledek Greta sembari meninggalkan mamah sendirian diruang tamu.


-----


Naira berjalan di lobby Mall dengan perasaan kesal, sambil bergumam lirih, "Bima, lama banget sih."
Hari minggu yang cerah itu Naira diminta untuk menemani Bima membeli kado. Namun, sosok yang ditunggu tak kunjung menampakan batang hidungnya. 
Setelah hampir 30 menitan, barulah nampak sosok yang dikenal Naira di ujung jalan (lobby mall). Bima berlari tergesa-gesa, namun masih menunjukan senyumnya.
 
“Sorry Ra, aku telat” dengan muka bersalah. Bima memanggil nama pendek Naira dengan sapaan "Ra".

“Syukurlah kamu sadar” jawab dengan nada judes. (karena banyak waktu terbuang).

“Jangan judes-judes, nanti gak ada yang nyantol loh” Goda Bima.

Andai Bima tahu, wanita tersebut sudah terpikat lama dengannya. Namun, Naira hanya bisa menjadi teman tanpa tahu kapan perasaan itu menjadi sebuah "kepastian" yang diinginkan kedua belah pihak. 
"Cinta sepihak memang tidak selamanya berujung bahagia."
Mereka berkeliling mall sambil berbincang-bincang ringan, tak jarang keluar candaan dari obrolan keduanya. Mungkin bagi sebagian pengunjung mall dan sepasang mata yang lalu lalang, mereka adalah sepasang kekasih dan nampak serasi. Bagaimana tidak, tanpa disadari mereka memakasi baju dengan warna yang sama. Naira menggunakan dress selutut warna biru langit, dan Bima memakai kaos berkerah dengan warna serupa. Keduanya pun menggunakan sepatu converse yang sama pula. Mungkin semesta sedang memainkan hati Naira. Atau ini hanya kebetulan yang di ada-ada dunia.

“Kamu bilang mau beli kado khusus buat perempuan? Buat siapa?”
“Buat Farrah, Ra” Muka Naira berubah menjadi curiga.

“Kenapa Ra? Ko berubah gitu mukanya?” Bima yang sadar raut wajah Naira berubah.
“Farrah  itu bukannya anak magang didivisi Greta?”, Tanya Naira mencari kejelasan.

“Iya, Ra. Kamu kenal kan? Baiknya aku beliin apa ya, Ra? “ 

Tiba-tiba, langkah Naira terhenti, ada sedikit rasa sakit dalam hatinya. Tapi dia harus tetap menyembunyikan dan berpikir positif. Mungkin itu hanya tindakan kecil sebuah kebaikan antar manusia (dengan memberi kado). Bima yang sadar berjalan sendiri, berbalik dan menghampiri Naira yang terdiam, tertinggal di langkah belakangnya.

“Ra, ko bengong” menepuk pundak Naira.
“Ah .. aku sedang mencari ikat rambutku “ berdalih.

“Ohh, gerah. Ini kan dalam Mall” Heran.
“Sepertinya AC nya kecil” tersenyum tipis.

Mereka pun akhirnya melanjutnya pencarian, dan memutuskan untuk membeli Accesories untuk Farrah.

“Bener nih, Ra? Anting-anting ini cocok buat Farrah?” didepan meja kasir.

“Bener, aku sering perhatiin dia koK, suka gonta-ganti anting sesuai warna baju. Dan dia lebih sering pakai warna merah maroon. Masa kamu gak perhatiin sih?” 
meyakinkan pendapatnya.

“Nggak terlalu perhatiin banget sih , Ra. Untung aku ajak kamu bukan Greta” sambil memberi isyarat terimakasih pada Mba Kasir.

“Gimana sih, Bim? Kamu mau ngasih kado tapi gak perhatiin orang itu sukanya apa?” berjalan meninggalkan toko accesories.

“Aku terlalu tersihir wajah imutnya” dengan tersenyum ringan, Bima membela diri.

Hati Naira bagaikan tersapu badai, ingin pulang saja saat itu. Tapi dia berusaha tenang untuk meyakinkan lagi hatinya. Semoga hanya sebatas teman yang Bima maksud.

“Kamu suka Farrah?” muka serius.
“Gimana yaa? Aku lapar, Ra” mengusap perutnya, 
"Karena kamu sudah bantu aku, aku traktir makan ayam yah, (kesukaan Naira)? Gimana?” (Bima mengalihkan pertanyaan Naira).

“Aku lagi gak mood makan ayam, Bim” 
“Jadi mau apa?” 

"Aku mau hati kamu dan juga kamu Bim, bisik lirih dalam hati Naira."
“Aku mau makan dirumah Ibu Greta aja, aku rindu mereka” tersenyum tipis.
“Oke, beli donat dulu ya buat mereka” Naira mengangguk, setuju.

Kenyataannya, cinta memang tidak harus saling memiliki. Meski kita selalu disisinya, atau bahkan di sisi lain.

-----

Post a Comment

2 Comments

Mengungkapkan perasaan haruskah sesulit itu-___
Dua Jendela said…
Barangkali waktu yang akan berbicara, mencari saat yang tepat. Walaupun waktu yang tepat adalah ketika aku memberanikan diri berbicara tentang KITA... :)

Comments