Laboratorium ini dibuat khusus untuk mempelajari alam semesta
Memang belum secanggih Observatorium ALMA (Atacama Large Millimeter/Submillimeter Array) di Cile atau NAOJ (National Astronomical Observatory of Japan) di Jepang, tapi saya tetap bangga dan bersyukur karena Observatorium Bosscha adalah milik Indonesia.
Tidak banyak yang menyadari bahwa langit Indonesia begitu istimewa. Bintang-bintang di belahan langit utara dan selatan bisa tampak tanpa harus menunggu waktu tertentu untuk mengamatinya, karena Indonesia berada tepat di ekuator/khatulistiwa
Hal itu membuat orang-orang Belanda berpikir bahwa Indonesia menempati posisi strategis untuk pengamatan astronomi, lalu dipilihlah Bandung sebagai lokasi pembangunan observatorium.
Observatorium Bosscha memang sudah tua sekali namun jangan salah, teleskop-teleskop di sini terus diperbarui dan tetap relate sebagai instrumen penunjang penelitian.
Jika Refraktor Ganda Zeiss dan Bamberg dirasa terlalu tua untuk dibahas, bagaimana dengan teleskop generasi barunya ?
- GAO-ITB RTS : teleskop kerja sama ITB dengan Observatorium Gunma di Jepang. Bisa dikontrol dari jarak jauh, bahkan dari Jepang menggunakan teknologi RTS (Remote Telescope System). GAO-ITB RTS dirancang khusus penelitian spektroskopi awan selubung seperti nebula dan nova
- Bosscha Robotic Telescope : sama seperti teleskop sebelumnya, BRT bisa dikendalikan dari jarak jauh serta mampu beradaptasi dengan kondisi langit dan lingkungan. Dirancang untuk pengamatan eksoplanet dan asteroid jarak dekat
- STEVia : dirancang untuk eksplorasi eksoplanet (planet di luar Tata Surya) dan bintang variabel, nama teleskop ini paling manis di seantero Observatorium Bosscha
- Teleskop Surya : dirancang untuk mengamati dinamika aktivitas Matahari melalui 3 filter. Yaitu filter Hidrogen Alfa, Calcium-K, dan Cahaya Putih (White Light)
Berhubung saat saya ke sana semua rumah teleskopnya ditutup, saya akan menyertakan beberapa dokumentasi deskripsi teleskop yang ada.
Indonesia juga akan memiliki observatorium astronomi baru di Nusa Tenggara Timur, yaitu Observatorium Nasional Timau.
Kabarnya, teleskop utamanya akan jauh lebih besar daripada Refraktor Ganda Zeiss. Diameternya sebesar 3,8 meter dan yang lebih menariknya lagi, teleskop ini merupakan kembaran teleskop Seimei di Kyoto, Jepang.
0 Comments