Kegagalan Ilmiah yang Justru Menginpirasi Seni

Di tahun 1856, seorang kimiawan bernama William Henry Perkin sedang mencoba menciptakan obat antimalaria berbasis quinine.

  • Kina adalah obat yang digunakan untuk mengobati malaria dan babesiosis. Obat ini termasuk pengobatan malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum yang resistan terhadap klorokuin jika artesunat tidak tersedia. Wikipedia


Di era itu, malaria adalah ancaman besar, dan quinine—yang diekstraksi dari kulit pohon kina—adalah satu-satunya obat yang efektif.

Tapi proses ekstraksi quinine rumit dan mahal, jadi Perkin mencoba menciptakan versi sintetisnya di laboratorium.

Namun, eksperimennya gagal total. Bukannya menghasilkan quinine, dia malah mendapatkan cairan hitam pekat yang sepertinya nggak ada gunanya. 

Alih-alih menyerah, Perkin penasaran dengan cairan itu. Dia mencoba membersihkannya dan menemukan bahwa cairan tersebut bisa menghasilkan warna ungu yang cerah dan stabil saat diaplikasikan ke kain.


Baca Juga : Tips Sehat Untuk Kamu

Surat dari putra Perkin, dengan sampel sutra yang diwarnai


Ini revolusioner, karena pada masa itu, pewarna ungu sangat langka dan hanya bisa dibuat dari moluska tertentu, sehingga harganya mahal banget dan dianggap warna bangsawan.

Penemuan ini mengubah dunia seni dan mode.

Perkin menamai pewarna ini "mauveine", dan ini menjadi pewarna sintetis pertama dalam sejarah.

Mauveine membuka jalan untuk penciptaan berbagai warna sintetis lain yang akhirnya memungkinkan seniman, desainer, dan penulis mengeksplorasi warna secara bebas tanpa keterbatasan bahan alami.

Perkin nggak pernah berhasil menciptakan obat malaria, tapi “kegagalan”-nya memulai era baru dalam seni, mode, dan bahkan sains.

Warna ungu, yang dulu eksklusif buat bangsawan, jadi bisa diakses oleh siapa saja.

Dalam seni, ini membuka peluang baru bagi pelukis, desainer tekstil, dan pengrajin. Bahkan di era modern, penemuan pewarna sintetis ini membantu perkembangan seni grafis, fotografi, dan teknologi pencetakan.

Purple Sunset (2017) Oil painting by Linda Monk


Kalau kita lihat lebih dalam, ada simbolisme di sini. Ungu adalah warna transisi, kombinasi biru yang melambangkan stabilitas dan merah yang melambangkan energi.

Penemuan mauveine mencerminkan bagaimana “kegagalan” bisa menjadi jembatan antara sains dan seni, antara logika dan kreativitas.

Bisa dibilang, Perkin tanpa sengaja jadi seperti Prometheus—tokoh dalam mitologi Yunani yang mencuri api dari para dewa untuk diberikan kepada manusia. Bedanya, api yang dia bawa adalah warna ungu, simbol kebangkitan seni dalam dunia modern.


Kadang kegagalan adalah inspirasi yang tak terduga. Penemuan Perkin membuktikan bahwa di balik eksperimen yang gagal, ada potensi untuk menciptakan keindahan baru yang melampaui batas sains dan menyentuh jiwa manusia lewat seni.


Post a Comment

0 Comments

Comments