Balik lagi ke konsep "Slow living". Masya Allah, secara nggak sadar banyak yang sudah menerapkan dan bisa menikmatinya.
Ibarat lari, pace-nya nggak harus di 5:00 apalagi 3:00 (atlet dong !), 7:00 or 8:00 is okay. Eh tapi, hidup itu bukan pelarian melainkan perjalanan. Seperti komentar paling epic berikut ini :
Firza.daud ~ Simple yet to the point dan aku pun sedang mencoba untuk melakukan slow living karena hidup tentang perjalanan, bukan pelarian.
Simpelnya, ini adalah tentang kualitas, bukan kuantitas. Mulai dari pekerjaan, makanan, bahkan informasi. Rasa jenuh yang munvul akibat laju kehidupan ynng serba terburu-buru salah satunya disebabkan oleh banyaknya informasi yang kita konsumsi.
Perhatikan beberapa point berikut ;
Sumber foto : www.blackmores.com.au |
Knowledge obesity
**Mantengin video tikto, Instagram atau Twitter berjam-jam sampai ketiduran. Hayo siapa yang kaya gini. Ngaku deh !!! hehe
Arus informasi bergerak dengan sangat cepat, semuanya pengen lihat. Alhasil mabuk informasi. Tidak semua harus kita ketahui. Apalagi itu ilmu, muara ilmu adalah amal. Percuma kalau banyak tahu, tapi nggak banyak diamalkan. Tahu sekadar tahu itu namanya "Knowledge obesity".
Informasi yang berlebihan membuat orang-orang tidak mampu memproses apapun.
Malik bin Dinar berkata;
"Jika seorang hamba mempelajari suatu ilmu dengan tujuan untuk diamalkan, maka ilmu itu akan membuatnya semakin merunduk. Namun jika seseorang mempelajari ilmu bukan untuk diamalkan, maka itu ini hanya akan membuatnya semakin sombong (berbangga diri)." (Hilatul Aulia', 2:372).
Locavore
Sumber foto : www.water-sport-bali.com |
** Prinsip "quality over quantity" itu berlaku juga dalam aspek kehidupan sehari-hari lainnya;
- makanan yang dimakan,
- barang yang dibeli,
- tempat yang dikunjungi,
semuanya dilakukan dengan penuh kesadaran mempertimbangkan manusia, lingkungan dan dampak kesehatan.
------------------
Pernah denger istilah locavore ?
Yaitu perilaku untuk makan-makanan yang ditanam atau diproduksi secara lokal atau daerah. Apa hubungannya dengan "slow living" ?
Umar bin Abi Salamah r.a berkata, "Saya dulu adalah seorang bocah kecil yang ada dalam bimbingan (asuhan) Rasulullah SAW. Tangan saya (kalau makan) menjelajah semua bagian nampan. Maka Rasulullah SAW menegur saya, 'Wahai bocah bacalah Bismillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari yang terdekat denganmu,' maka demikian seterusnya cara makan saya seperti itu." (HR Bukhari dan Muslim).
Hadis di atas (lebih luas) dimaknai perlunya memakan dari apa yang tersedia di sekitar. Ini meningkatkan ketahanan pangan dengan memangkas distribusi, plus mengurangi emisi karbon.
Mainfulness
Sumber foto : www.mindfulnessassociation.net |
** Boro-boro emisi karbon. Makanan lokal tadi aja nggak kepikiran sampai sana. Tapi itulah bagian dari "slow living"; mindfulness. Kesadaran, kehadiran penuh, fokus pada perhatian.
** Laju yang amat cepat, apalagi di kota-kota besar--bahkan ada yang mengatakan "slow living jangan hidup di Jakarta".
Membuat kita seringkali tidak menyadari keberadaan, saking monotonnya aktivitas sehari-hari. Badan dan pikiranmu (juga hati) nggak sinkron.
Ini termasuk juga dalam hal keuangan. Uang kita habis entah keman, kita pun nggak tahu. Buat yang ngikutin gaya hidup frugal, pasti paham kalau frugal itu menekankan kesadaran saat membelanjakan uang (mindfull) > memprioritaskan sesuatu yang benar-benar penting (discioline) > meningkatkan kualitas hidup dan nilai (valueable). Mirip dengan slow
LIS
Attention Span
Sumber foto : www.arvindmaharajan.com |
** Esensi mindful adalah fokus.
Tahukan kamu, kenapa durasi video-video iklan dan yang lainnya semakin ke sini semakin pendek ? Coba cek perubahan attention span manusia dari waktu ke waktu.
Misalnya, pada :
- 2000 - 12 detik
- 2013 - 8 detik
- 2020 - 7 detik
Attention span adalah jumlah waktu yang dihabiskan untuk konsentrasi pada sesuatu sebelum teralihkan. Yang perlu diingat bukan waktunya, tapi FOKUS-nya.
** Ada yang lebih kekinian daripada manajemen waktu yaitu manajemen fokus / perhatian. Menurut psikolog Adam Grant, "Manajemen perhatian adalah seni memusatkan perhatian untuk menyelesaikan sesuatu untuk alasan yang tepat, di tempat yang tepat, dan juga pada saat yang tepat." Alasan-alasan WH. Itulah kenapa ada jargon START WITH WHY.
-------------
** Banyak diantara kita yang terburu-buru, mengejar kesempurnaan, sampai lupa untuk benar-benar hadir dalam setiap kesempatan.
Pokoknya harus ini-itu, nggak boleh begini, nggak boleh begitu.
Hey ❗❗ We are small, weak, flawed and imperfect. We are you human. Accepte it all.
LIS
Ternyata sedalam itu konsep slow living.
Perlu dicatat bahwa 'slow living' tidak berarti semata-mata melakukan lebih sedikit atau memiliki produktivitas yang lebih rendah. Slow living adalah bekerja dan melaukan hal-hal dengan kualitas yang lebih baik berbekal perhatian yang lebih fokus.
Enjoy the moment, truth the process😇
0 Comments