Berkomunikasi, Beradaptasi dan Bernegosiasi




BERKOMUNIKASI 

Gw pernah berfikir, bagaimana ya kok bisa ada "rasa deg-deg'an" pada setiap manusia, bahkan tidak terkecuali di diri gw.😱😯

Kecakapan berkomunikasi memang hak semua orang, tapi tidak semua orang bisa  menguasai kemampuan yang satu ini. Gw termasuk diantara yang bisa dibilang agak kesulitan mengendalikan pelafalan saat berkomunikasi. Baik dengan orang dekat apalagi orang baru. Rasa tremor yang kadang datang tiba-tiba, disambut ketidak-siapan yang berdiri paling depan.

🏫~ Ritme gw saat berkomunikasi bisa sangat cepat, untuk lambat agaknya belum bisa dikendalikan. Bahkan dari jaman gw sekolah, berbagai kegiatan gw ikutin, mulai dari ikut kegiatan festival dongeng berbahasa Jawa, ikut lomba berkisah antar sekolah, jadi perwakilan pidato antar kelas, bahkan ditunjuk jadi ketua kelas supaya lebih aktif (alias mondar mandir heem)🙃



Gw tau kelemahan dan dimana kelebihan gw
. Dalam hal komunikasi yang terencana, mungkin gw bisa mengatur apa dan point-point apa saja yang bakal gw utarakan, tapi dalam situasi yang kita terjun langsung, rasa-rasanya kok beda, ada yang "ragu" tapi sungkan untuk di tabrak terus.

Tapi gak apa-apa, kemampuan setiap orang berbeda-beda, adanya gw seperti sekarang ini terus gw latih dan belajar mengatur irama saat berkomunikasi, menjadi orang yang lebih banyak mendengar sebelum berbicara. Bahkan pada beberapa kesempatan, gw selalu out of the box, yang tadinya gw kira gak bisa, ternyata dalam keadaan terpaksa dan harus, gw bisa juga loh.. 

cuman emang perlu di latih dengan sabar aja. Ya you know lah, buat yang udah kenal sama gw, gw termasuk orang yang gak banyak bicara. hehe😊


Sumber foto: ddyt.wordpress.com

BERADAPTASI 

🏞 Lingkungan mempengaruhi cara orang bertindak, berbuat dan berfikir. Begitu pepatah mengatakan, benar !!! 

Gw setuju banget. Lingkungan yang mengharuskan kita bangun pagi misalnya. Kita akan dipaksa ikut bangun pagi, melaksanakan aktivitas yang lebih pagi dalam sebuah event. 



Event seperti pada kegiatan sekolah misalnya. Dari dulu, sekolah kita (Indonesia), selalu menerapkan jam masuk start jam 7 pagi. Jam yang sangat pagi dibandingkan saat implementasi menjadi orang dewasa (yang sudah bekerja). Sekarang gw jadi mikir, 

"oh ini kali ya cara mendisiplinkan dimulai dari kita kecil, dari lingkungan sekolah maksud gw".

But, gw happy banget mengenai adaptasi yang di dukung oleh orang-orang humble, open minded dan paham akan kekurangan satu sama lain. Sehingga tidak ada kesan menggurui dan memaksakan kehendak.




BERNEGOSIASI 

Mulai dari hal kecil, gw inget banget saat mbak kasir di supermarket (gw gak sebut merek) ya hehe. Si mbak kasirnya bilang 

"Rp 300 nya mau di donasikan kak"?

Saat terjadi kalimat diatas, kita sudah terkoneksi dalam negosiasi loh. Apakah hati kita akan merelakan, dengan mengatakan "iya, ilahkan". Atau, enggan dan menahan untuk tetap jadi milik. Tidak ada yang tau kebutuhan masing-masing dari kita, "don't  judge a book by it's cover" kalau kata kiasannya si ya.



Ya sebelas - duabelas sama orang bersedekah deh, kita mau memberikan banyak atau sedikit kembali ke negosisasi dengan diri individu itu sendiri. Negosiasi bukan sekedar "iyah/tidak", bukan soal hasil akhir juga, tapi PROSESS di antara HASIL dan USAHA, karena orang yang bernegosiasi memang sedang bertarung dengan ego dan pikirannya. Jadi kamu mamang harus siap menghadapi banyak hal tidak terduga di depan anda, dalam kehidupan kamu yang sekarang dan yang akan datang.💪💪✋✋





Post a Comment

0 Comments

Comments