Why We Can't Accept Cancel Culture - Anna Akana
Ada yang enggak tahu cancel culture? Itu loh, kebiasaan warganet memboikot massal seseorang yang telah melakukan atau mengatakan suatu hal yang dianggap problematis. Kebanyakan korbannya sih para figur publik.
Nah, yang kemarin sempat 'ngerujak' Nadin Amizah soal miskin dan kaya, kamu secara enggak sadar turut melestarikan budaya toxic ini lho. Hal inilah yang kemudian dibahas Anna Akana, seorang Youtuber asal Amerika dalam video terbarunya.
Budaya ini berawal dari sebuah lelucon di film tahun 90-an yang merendahkan kaum wanita. Duh, dari akarnya saja udah enggak bener tuh. Namun, kini cancel culture telah berkembang menjadi suatu hal yang merisaukan.
Memang ketika mengingatkan kesalahan orang terhadap perbuatan salahnya itu punya tujuan baik. Tapi, cancel culture yang terkesan 'menghukum' itu malah enggak memberikan orang tersebut ruang untuk belajar dari kesalahan. Ia terlanjur dihujat, dibenci, diboikot. Jadilah image di mata publik sudah ikutan rusak.
Cancel culture juga seringkali membutakan kita bahwa orang yang dihujat bukanlah manusia sempurna, sama dengan kita. Memang cancel culture diperlukan di beberapa kasus, seperti kepada pembunuh berantai, pelaku kekerasan seksual, atau koruptor (ups). Tapi budaya ini malah sering digunakan untuk mengundang prasangka buruk pada orang-orang yang hanya salah ucap.
*) Trisha Dantiani
Sumber :Hallo@narasi.tv
0 Comments