Rabu itu,
Hari dimana harusnya aku kuat secara sudah makan dan meninggalkan pekerjaan, tapi siapa sangka, orang sakit tidak bisa memilih kapan dia akan sakit bahkan kalau bisa jangan pernah sakit seumur hidup.
Wajar, itu harapan semua manusia normal, dimana do'a utama yang mereka panjatkan adalah soal "kesehatan" untuk diri masing-masing dan sanak saudara seluruhnya.
Manusia,
saat ini sehat secara kasat mata, dan sore? siapa yang bisa menjamin sehatnya?
Sayang, daya dan upaya tidak ada dimiliki oleh seorang manusia. Menjalani hidup berulang, terus berulang dijalanan yang hampir hafal seluruh sisi kanan dan kiri orang yang berjualan.
Sore di rabu itu, sakit siapa yang mau?
Aku kira gak ada yang mau untuk sakit, tapi ternyata aku diserang rasa itu tiba-tiba. Seluruh badan tidak lagi kuat seperti biasa, mata sayu, keringat dingin dan penglihatan kabur dengan tiba-tiba.
Hingga seseorang datang, menghubungi lalu membawa aku lebih baik dengan kondisi ku yang tidak baik itu.
Obat, aku gak suka obat. Itu menyebalkan, tapi kali ini aku nurut atas sarannya. Karena yang aku butuhkan adalah kesembuhan bukan keegoisan.
Terimakasih sudah di ingatkan bahwa diri ini memanglah lemah, tanpa daya. Terimakasih sudah menjaga diri ini yang seharusnya sudah bisa menjaga diri sendiri.
0 Comments