Rabu, 4 November 2020
Di sebuah persimpangan
jalan, kita melaju bersama membangung obrolan-obrolan kecil yang aku sebut
dengan cerita. Tepat waktu solat tiba, maghrib memanggil dengan decak
pesonanya. Waktu itu langit sedang menumpahkan apa yang dikandungnya. Butiran
hujan yang tidak deras namun tetap membuat suara jadi berat juga knalpot motor
semakin panas.
Kita memutuskan berhenti
sejenak, mencari masjid terdekat dan menemukannya tidak jauh saat obrolan
"mau solat dulu?" Kamu utarakan. Masjid, aku mencari wilayah batas
suci dan pemisah saf laki-laki dan perempuan. Letak kita yang terpisah, tapi
sujud kita sama di lantai yang rata dengan bentuk persegi menghiasinya. Kamu
tau, sujud itu, aku ada di atas bangunan masjid yang kali pertama dalam
sentuhan masa seperti ini. Sujud kita yang di imami satu orang yang sama,
akankah terjadi bersamaan di hari dan kisah berikutnya?
Aamiin yang serentak kala
itu tanpa meninggalkan atau ketinggalan satu rakaat dalam shalat, itu artinya
kita punya "Aamiin" yang sama di dalam iftitah yang bersuara. Saat
itu, aku berdoa agar suatu hari nanti, kamu bisa menjadi imam yang sebenarnya.
Pemimpin yang hanya satu dalam keadaan apa saja. Penenang dan pengingat akan
kehadiran Tuhan di kehidupan kita. Memilih jalan yang damai untuk menuju
kepada-Nya.
Bisakah kita melanjutkan
kisah ini?
0 Comments