Menyapa Jadi Mengapa ?? Beropini [Beropini (10)]

 7 Signs He Doesn’t Love You Anymore

 

Pagi ini.. 

aku berjalan dengan tempo langkah yang begitu cepat dibandingkan biasanya. Entah kesiangan atau cara berjalanku yang seperti ini. Biasanya aku lewat sisi kiri jembatan, menyusuri kali yang setiap hari dibersihkan petugas orange. Tapi, pagi kali ini aku putuskan untuk melangkahkan kaki ke arah kanan menuju pasar. Dalam perjalanan, selalu ada yang tanya. Aku pikir kalau di Jawa punya caranya sendiri tentang sapa menyapa sebagai bagian dari kesantunan bertemu orang, dimanapun dan dengan siapapun.

 

Beda cerita lagi, kalau disapanya sama orang Ibu kota. Agak aneh dan cenderung punya maksud khusus. Mungkin bisa masuk cara meledek, atau iseng-iseng pada setiap wanita. Kadang aku pikir sapa-sapa mereka gak menenangkan perjalananku.

 

Bapak berbaju (tidak aku sebutkan) melihatku dengan dibarengi pertanyaan "Berangkat De, mau belanja yah." Diiringi senyum aneh.

 

Aku merasa risih dan agak kurang mengenakan. Jadi aku putuskan saja untuk menjawab dengan gerakan "kepala mengangguk". Aku gak tau, sapa - menyapa macam apa kalau disini. Aku wanita dan aku mem-protect diriku secara hati-hati.

 

Mungkin sapaannya baik, tapi aku kurang suka aja kalau dibercandaan sama laki-laki atau Bapak-bapak yang melihat dengan sedikit keanehan (genit).

 

Makanya, sebisa mungkin aku menundukan pandangan, bukan karena sombong tapi lebih kepada aku menghawatirkan labelku sebagai perempuan dari segala jenis pelecehan secara verbal & non-verbal.

 

Gak semua orang seperti itu memang. Tapi, saranku kepada banyak perempuan, khususnya yang tinggal di Ibukota atau kota besar lainnya agar selalu menjaga diri, menjaga perilaku dan berpakaian. Serius, laki-laki memang bisa melihat kita sedetail mungkin secara keseluruhan. Selain ada kesempatan juga bisa karena sifat bawaannya. Lebih baik, diam dan masa bodoh seolah-olah tidak ada orang. Itu jauh lebih baik. Menurutku..

 

Kalau menurutmu bagaimana???

Post a Comment

0 Comments

Comments