Menunggu dalam sekian (lama)

 Menunggu kereta dengan bermandi cahaya

Jam 08 lewat 45 menit. Aku seperti rutinitas yang sudah ku lalui berulang-ulang. Apalagi kalau bukan menunggu kereta arah Bogor. Pekerjaan dan transportasi adalah dua jembatan untuk mencapai tujuan mencari kegiatan dan meluapkan kebosanan.

 

Aku sempatkan membuka Whats App. Dan notif itu dari kamu. Orang yang hampir setiap hari memberikan pertanyaan, perihal kabar atau kegiatan. Jujur, aku sebenernya males banget kalau ditanyain sedang berkegiatan apa di waktu yang tercentang biru di WA.

 

Kenapa setiap hari menanyakan kabar. Kenapa tidak memberikan saja perihal kamu dan keadaanmu. Aku tidak meminta itu, tapi kalau sekreatifnya kamu memberi kabar terlebih dahulu. Aku akan mencatat kamu sebagai orang pertama yang "kreatifnya kebablasan" heheh.😂😂

 

Tapi, aku senang. Bukan karena kabar dan centang biru bersautan di WA. Tapi lebih daripada kamu menyempatkan kotak namaku tetap aktif setiap harinya di hapemu. (Barangkali seperti itu).

 

Barusan, ketika kamu memberikan instruksi. Sepele, hanya sekata. Tapi itu sudah menjadi absensi rutin ketika aku membuka percakapan lewat WA.

 

Kalau saja kamu tau, bagaimana rasanya menunggu tanpa mau bersua lebih dulu. Seperti orang puasa yang menunggu adzan maghrib berkumandang. Harus sabar dan pasti ada waktu yang sesuai yang sudah di atur oleh-Nya. Betapa sabar memberikan kita pengertian, bahwa menunggu saja belum tentu bisa tercapai segala yang diinginkan.

Dear Akang-BerkacamataTangkaiMerah-Headphone-SafetyShoes-PlayingBraveFrontier

Post a Comment

0 Comments

Comments