Setelah sekian lama gak ketemu, Aku
dan dia bisa kembali duduk santai. Perkenalkan, Dia bernama Retno, aku biasa
memanggilnya dengan sebutan “Re”. Sebuah sapaan 2 huruf yang aku minta izin
saat pertama kali ketemu di sebuah Zoo JAKARTA.
Dengan secangkir gelas putih
tebal, di isi minuman jas jus rasa mangga, kita mulai duduk di sebuah loteng
diatas asbes milik orang.
Sama, sama seperti obrolan
perempuan pada umumnya. Menceritakan banyak kesamaan harapan, kesamaan mimpi,
kesamaan perlakuan dan kesamaan masa depan menjadi wanita seutuhnya dalam usia
yang hampir menginjak kepala seperempat abad ini.
Ngomong-ngomong soal genre, kita
memang berbeda. Dia suka korea dan aku suka apa aja hehe. Tapi, serunya, setiap
ada masalah entah itu kecil maupun tingkat middle,
kita bakal ngebahasnya pake alur campuran. Flashback
ke belakang, mengarah ke depan dan kira-kira seperti itu mencari letak
siapa salah dan siapa benar.
Masa lalu?
Banyak dari teman perempuanku yang mengatakan bahwa, masa lalu itu cukup berhenti di kamu. Berhenti di dia dan tidak untuk diceritakan lagi jika kita sedang bersama orang yang sekarang sedang berjuang. Lebih baik kita menerima apapun yang tidak kita tau, daripada mencari tau dan ujungnya akan kecewa. Setiap orang punya masa lalu, dan setiap orang punya kesalahan pada masa itu.
Bukan berarti, aku dan dia atau kita berhak untuk menjadikan alasan itu sebagai boomerang pertengkaran saat ada masalah. Lebih baik, apa yang sudah terjadi biar saja berhenti. Pada pikiran yang memang susah untuk di hilangkan. Juga pada hati yang susah untuk dihapus perlahan. Dia (masa lalu) memang akan tetap tinggal.
J
0 Comments