Sisi Samaran..

Jum'at, 29 Mei 2020


Mengenal Luna bukan menjadi hal baru bagi Bumi. Bulan sudah berganti hingga 12 kali tapi Bumi merasa seolah baru segelintir hari mengenal gadis tersebut. Malam hari itu, tak ada senyum bahkan tawa menyenangkan dari seorang Luna. Air mata menjadi pengganti yang terus meleleh di pipinya. Rambut panjangnya berkibar diterpa angin yang dibiarkan mengacak-acaknya. “Luna, kamu,”…

💦💦“Aku sudah berlajar PERCAYA, bahwa yang pernah serius itu memang akan terus membuktikannya. Aku membiarkan sebuah konsep berjalan sendirian waktu itu. Ternyata itu sebuah kekeliruan. Siapa yang sudah menciptakan pertemuan? Siapa juga yang tega menyatakan perpisahan?”

 

💦💦 Es yang dingin sekalipun bisa menguap bila di biarkan tanpa kelanjutan pasti. Begitu juga dengan sebuah tanda yang dikibarkan berkali-kali melambung di udara, bisa sobek atau terlukai. Lagi, aku tidak bisa mendeskripsikan secara jelas di tulisan ini. Bukan aku ragu, hanya saja diriku yang perlu kepastian dulu.😊

 

💦💦Mungkin, beberapa bulan menjadi amat gamblang. Diantara yang menyepi di pinggiran silih berganti menjadi bertandang. Ke ruang yang tentu saja menyenangkan bila saling berpandang. Bukan, bukan menghawatirkan, lagi aku berusaha menyembunyikan. Kalau saja dunia secepat ini terlukai, mungkin tidak ada yang namanya saling menanyai. “Bagaimana kabarmu?”. Simple kan, tapi itu basa-basi yang di maklumi. Sangat di maklumi. Daripada jauh tidak pernah bertemu, sekalinya datang membawa sembilu.🙌🙋


Lilis S

22:41 WIB


Post a Comment

0 Comments

Comments