Sisi Lain (EPISODE 8)


EPISODE 8

Hati yang berjarak mungkin bisa dimaklumi, karena mungkin satu diantaranya hanya ingin memendam dan tak ingin mengungkapkan. Tapi hubungan yang ber-jarak sangat menyiksa. Mereka harus menahan agar salah satunya meredam agar dapat menjalin lagi hubungan yang tanpa mengingat, bahwa mereka pernah saling mengecewakan.

 

----


Greta memandangi dua manusia tersebut dengan wajah bingung dan gelisah. Bagaimana tidak gelisah? Dua orang itu sudah saling diam selama satu bulan, mereka hanya menjalankan komunikasi terkait pekerjaan saja. Bahkan Greta sudah membujuk Naira untuk segera berdamai dengan diri, tapi tetap saja. Naira selalu berkata “Mari kita wujudkan apa yang Bima takutkan“. 

Sungguh Greta terkejut setiap kali mengingat kalimat tersebut. Ternyata Naira semarah itu terhadap Bima.

Greta menghampiri meja Naira.

“Nai, tahukan bulan depan aku lamaran?” berbicara dengan nada hati-hati.

“Ohya Ta” berhenti dari aktifitasnya.

“Kamu datang sama siapa?” melirik Bima yang sedang berjalan menuju tangga.

Sendiri dong, baju ditukang jahit pun belum aku ambil” Meraih tas kerjanya

“Cari gandengan dong“ meledek Naira.

“Gandeng kamu aja“ menggandeng tangan Greta.

Ketika membuka pintu utama kantor mereka, Naira mengenali sosok Pria yang tersenyum padanya. Arga dan Bima sedang berbincang.

“Wah ada Arga” Greta menyapa dan menghampiri dua pria tersebut.

“Hai Ladies" membalas,

“Arga, kamu datang ya ke acara lamaran aku bulan depan. Nanti alamat rumahku tanya sama Bima atau Naira aja ya” dengan wajah yang berbinar,

“Pasti datang“ tersenyum.

Greta dan Arga pun berbincang entah apa awal mula perbincangan mereka namun terdengar seru,

“Nai“ panggil Bima dengan lirih,

“ Iya Bim?”

“Harus seperti ini terus”

“Maaf Bim. Aku terlalu kekanak-kanakan” tersenyum.

“Aku Nai, aku minta maaf”

“Sudah Bim. Kita hanya dua manusia yang menyakiti perasaan kita. Aku harap, kedepannya. Jangan pernah takut dengan apa yang belum terjadi. Kalau kamu diam aja, bagaimana kamu tahu. Kedepannya akan seperti apa” Naira tersenyum menyemangati Bima.

“Jadi mau nggak kamu kasih aku kesempatan?” Naira terdiam, mungkin dulu dia sangat menantikan hal ini. Tapi sekarang rasanya, biasa saja.



-----?????

Post a Comment

0 Comments

Comments