16 Mei lalu,
aku menulis tentang KITA. Sebuah kata ganti orang pertama jamak yang semua langkahnya terekam jelas di memori. Meninggalkan lelah dan kantuk yang terlupakan seiring waktu yang terus berjalan maju tanpa memberi kesempatan untuk berhenti barang sejenak.
Aku dapati KITA, jiwa-jiwa yang kuat pada balutan warna kain yang membukus badan, senyuman kecil yang mampir di sekitaran pipi, sepatu-sepatu berikat tak beraturan dan tas-tas kosong entah mau di isi apa, sampai tergeletak di atas meja-meja disana. Bercengkerama, satu sama lain, membuka obrolan walaupun tidak terlalu penting, mengusulkan saran saat-saat genting. Atau melaju cepat jemari menulis huruf demi huruf merangkai kata menjadi KITA. Diujung tembok yang mulai pudar warna putihnya, seperti debu pekat yang menutup kaca mengkilap, KITA jadi apa saja asal membuatnya lebih bahagia.
KITA terlalu sibuk dengan masalah,
mencari lagi masalah dan terus terusan bertamu dengan masalah.
Lupakan !!,
KITA menguasai waktu, untuk bermain dengan mata yang terdiam melihat hilir mudik orang berjalan, tangan yang kreatif memainkan ponsel dengan nada getar terdengar, juga menari-nari bersama sedotan di ujung gigi sambil malamun, seakan ini sangat teduh untuk berpikir dewasa saat perjuangan berkali-kali terjatuh.
Bergeserlah kursi panjang menjauhi meja beralaskan tulisan-tulisan merajuk, diletakan dengan keahlian gelas-gelas mungil di tangan. Terlepas, menghantam sisi dasar yang tebal dengan meja yang mulai kesal. Bergerombol, masih memandangi sebuah waktu yang sudah tertinggal, menatap ke depan disamput portal-portal, hening seketika. Hanya suara pintu berdaun kuat dalam genggaman, suaranya pelan tapi begitu teringat persis di telingna kanan. Ini baru saja dimulai..
KITA baru saja masuk dalam dunia pilihan. Dunia yang KITA goreskan secara silang atau centang pada kertas tipis seharga jam tangan. Masih dalam regu dan barisan, KITA berjalan beriringan, memegang sisi-sisi pagar pengaman kehidupan pada setiap anak tangga yang kuat mendorong badan. KITA akan sampai di awal permulaan sebuah cerita dari TEMAN BERJUANG...
" Antusiasku di mulai dari sini, dari tempat yang kujangkau dengan sepenuh hati. Dengan diajak berlari, menyisakan 10 menit sebelum shalat tiba. Menyisakan keringat pasi di pelipis alis tanpa pensil buatan. Di arahkan pada jalan pintas yang KITA temukan bersama.."
0 Comments