Kita dan Kesempatan (day - 1)

Bercerita tentang KITA & KESEMPATAN..



Hidup bukan hanya rutinitas bertemu, bertukar gagasan, tertawa riang, menjaili teman, saling traktir makan atau berjalan bersama menuju gerbang selamat datang.

Jika hanya tentang itu, maka aku menjadi orang yang akan mencoret tertawa riang, sedang langkah yang ditempuh bukan soal kepayahan tapi juga mood yang ilang-ilangan. Lewat lorong yang gelap dan begitu sempit di pojok Ibukota ini, rasanya garis tangan per orangan yang terus bernafas sudah di tentukan alurnya. Bahkan aku sendiri tidak menyadari sejak awal, seperti gerhana bulan total yang hadirnya periodik. Maka kisah ini pun aku bangun secara bertahap pula. 

Sebuah cerita yang aku namai dengan KITA & KESEMPATAN..

Aku adalah aku dengan semua yang melekat pada karakterku, cara bicaraku, cara berjalanku bahkan caraku memandang tentang KITA. 


KITA?
Siapa dia?
Apakah sebuah nama orang atau kata ganti, atau jangan-jangan ini kode pilihan dari milyaran manusia?

Semua itu, bukan !! Bukan itu maksud KITA.

KITA adalah manusia yang mempunyai jalan setapak terlalu sama dari awal sampai garis finish di depan mata terobek juga. Jejak hitam diatas putih yang sudah disepakati kala itu, menjadikan aku mengenal KITA yang bahasan hari-harinya pun tak jauh berbeda. Berbagi hal diantara satu keinginan dalam meraih mimpi di Ibukota dan keramaiannya yang terlanjur merajalela seperti ikan yang berkumpul di talang air tuannya.

Bukan sebuah kebetulah atau disengajakan bukan?
KITA bertemu, lalu ..


Aku terbentuk menjadi terlalu over thinking ke semua moment. Hingga aku pikir KITA adalah si pencetak moment itu sendiri kala memainkan sinopsis yang sudah mendekati halaman akhir. 
Berulang aku perkuat pendapatku sendiri, bahwa apa yang nyata sekarang benar-benar dipanggil KESEMPATAN.

KESEMPATAN yang tidak ada kedua kalinya karena yang PERTAMA sudah berhasil dinobatkan di jalan setapak Ibukota ini. Keputusan mengikuti jejak dan harapan besar para antusias tekad di awal kemunculannya. 

--- Sebenarnya aku ingin berkata KITA, lebih dari KITA yang sekarang ini..


Tapi, bukan hal mudah memegang jemari tangan saling bertautan sementara masing-masing dari kita memegang bara. 

Bara itu memang panas, 

Tapi, pada cuaca tertentu panasnya menghangatkan juga sering kali membakar mental, lepas itu down, berantakan dan gak tau pecah berserakan dimana-mana. Untunglah, ada sosok yang ada-ada saja kelakuannya dan itu membuat KITA tau diantara KITA saling percaya dan bertahan bersama.

"Kalau bukan karena karakter yang berbeda, tentu jalan setapak yang KITA lalui tidak akan sevariasi ini, ibarat warna taburan meses ceres di donat. Saat ini, Aku tidak melihat lubang besar di tengahnya (penuh kekosongan), aku hanya melihat KITA dan sepenuhnya perbedaan warna pada setiap sudut termanis yang pernah saya pertahankan untuk terus hidup dan tersenyum sambil menguyahnya. Sungguh.. Ini tentang KITA..."



Jakarta, 16 Mei 2020
20:13 WIB


Lilis S

Post a Comment

0 Comments

Comments