a Cup of Tea - Gita Savitri Devi (Review Buku)

Jum'at, 29 Mei 2020


a Cup of Tea - Gita Savitri Devi



Judul    : a Cup of Tea
Author  : Gita Savitri Devi
Hal.       : 163
Penerbit : Gagasmedia


Lilis Setiani

lilis blog

[Type your phone number] lilissetiani108@gmail.

 

 

Kembali lagi gua berkesempatan buat me-riview buku dari karya Gita Savitri Devi. Buku berjudul “a Cup of Tea” adalah buku ke-2 karya Gita. Sebelumnya, gua udah re-view buku “Rentang Kisah” yang menceritakan kisah awal Gita kecil sampai kuliah di Jerman.

 

Dan, anyway, Gita begitu tegar melewati berbagai dera cemoohan di seputaran hidupnya. Dalam buku “a Cup of Tea” ini, Gita melanjutkan cerita dan kehidupannya setelah menyelesaikan kuliahnya. Banyak problems yang di tuangkan di buku ini. Tentang sikap Gita yang over thingking, moodyan, di hujat banyak orang akibat vloggernya, Cinta beda agama, menemukan jati diri dengan Islam dan banyak lagi.

 Inspirasi Apartemen Scandinavian Mungil Milik Vlogger Gita Savitri

Gita Savitri (google.com)


Gita memang suka hal-hal baru, keluar dari dirinya yang introvert. Belajar banyak dari kesalahan ataupun dari hal diluar ekspektasinya. Bertemu dengan Paul adalah anugerah terbesar dalam hidupnya. Melewati banyak duka bersama Paul. Dan lagi-lagi Paul adalah teman sekaligus manusia yang memahami sepenuhnya, bagaimana emosional Gita naik turun. Perundungan melalui dunia maya benar-benar membuatnya down, menyalahi diri, bahkan sempat ingin menyudahi segalanya.

 

Butuh sosok yang menguatkan saat itu, termasuk keluarga, Paul dan teman-teman dekatnya. Trauma itu semakin ingin di kubur justru bias menjadi bom waktu yang kapapun bisa saja meledak. Begitu katanya, tapi Gita selalu punya cara untuk bangkit dari keterpurukan.

Mengenal Dan Membedah Isi Kepala Gita Savitri Devi, Selebgram ...

Gita Savitri (google.com)

 

Pilihannya untuk kuliah dengan sejuta keruwetannya juga memberikan pengalaman berharga untuk bisa berteman dengan dunia luar. Benteng tinggi yang selalu di bangunnya ternyata lambat laun mengikis seiring dengan lingkungan yang dia hadapi. “Diri sendiri lah yang perlu di kenali dan mampu mengendalikan segalanya”.

 

Gita bertahan demi sebuah tujuan. Segala kesenangan terbayar untuk pencapaiannya sekarang. Kalau ditanya apa pekerjaannya ? Gita lantas bingung dan harus menjelaskan apa kepada lawan bicara yang baru dikenalnya. Dia vlogger? Penulis? Influencer? Atau apalah. Gita pun bingung. Dan tertawa pelan.


Kuliah di Jerman | STORY - YouTube

Gita Savitri (google.com)

 

Dan buku ini menjadi bukti bahwa Ia mampu berkarya lewat caranya. Lewat deretan kisah yang mampu menjelma menjadi pelajaran hidup terutama bagi yang membacanya.

Pemikir keras, begitu sosok yang di gambarkan di buku ini. Tidak dianggap keberadaanya padahal sudah mengorbankan waktu, sampai ia berfikir, “Menyudahi pertemanan yang toxic adalah hal paling tepat dalam hidupnya.” Dan itu membuatnya jauh lebih baik-baik saja, bahkan sebelum dan setelah pergi mengenal mereka. Lingkar pertemanan begitu sulit, begitu susah di jelaskan jika tidak sejalan dengan pengertian satu sama lain.

 

Gita tetap bangkit walaupun bertahun-tahun menelan kepahitan bertubi-tubi. Baginya, ia menyukai dirinya yang sekarang. Bahkan bertahan di tengah serangan orang yang yang 100% tanpa perlu mengenalnya dan itu menyakitkan. Tuhan selalu punya cara untuk memberikan kekuatan mental pada hambanya. Dia bercerita tentang hijau, suasana nyaman di Swiss dan daerah pegunungan bersalju yang ia temukan nyaman di dalamnya.

 

Dan ada kalimat Paul tentang Gita, biarpun dia emosionalnya niak turun, suka marah, kesal, ngatur ini itu. Paul menerima Gita sepenuhnya. Katanya kepada Gita, “Aku tidak menemukan yang paling sempurna pada Gita, tapi bagiku dia adalah Cukup.”

 


Selebgram Gita Savitri Akhirnya Menikah Setelah 6 Tahun Pacaran ...

Gita Savitri (google.com)

That, merupakan pernyataan yang paling romantic dari seorang laki-laki yang menerima segala kekurangan wanitanya menjadi sebuah kelebihan. Lebih lanjut, Gita juga mengajari kita bahwa hidup akan terus berlanjut sampai kapan pun itu, Bahkan setelah kematian itu menghampiri. Kepergian dan perpisahan itu pasti dan kita hanya sedang mengantri menunggu giliran.

 

 

Terakhir, buku ini menjadi sarana anak muda untuk kuat mental menghadapi berbagai macam cobaan, dari hal sepele bahkan yang paling ekstream sekalipun. Karena dari sinilah kita bisa menemukan arti kehidupan yang bisa menjadikan diri kita lebih baik. Tentu, kita akan melewatinya bersama orang-orang yang tulus masuk dalam keterurukan kita untuk bisa berdiri bersama dan melangkah ke arah tujuan yang baik.


Jakarta, 29 Mei 2020
22:25 WIB


Lilis S


Post a Comment

0 Comments

Comments