Dear : Bapak
From : Me (Listin)
Pa, hari ini aku berkesempatan untuk menulis tentang Bapak. Akan sangat panjang memang, dan tidak cukup di laman blog aku.
Bapa mungkin tidak tau apa itu 'blog', itu bukan masalah bagi aku.
Yang menjadi "masalah" adalah jika seorang anak lupa untuk "berterimakasih" kepada ayahnya. Itu yang salah !!!
Pa, TERIMAKASIH BANYAK ya, sudah menjaga aku sampai saat ini. Semua support system Bapa, adalah safety shoes untuk aku beranjak dewasa. Aku sadar, petuah Bapak setiap berbicara melalui telephone, berbicara 4 mata merupakan didikan yang masih terus Bapa arahkan hingga detik ini.
Terimakasih banyak, tanpa batas untuk semua perjuangan Bapak.
Terimakasih sudah menjadi orang pertama yang pasang badan saat anaknya jatuh maupun sakit demam.
Pa, sikap Bapak dulu tegas dan keras. Tapi semenjak kita jauh, tepatnya saat indekos waktu SMK, Bapak jadi berubah melankolis.
Aku juga sadar, akhir-akhir ini Bapak selalu menanyakan kabar terutama soal makan.
Pa, tenang yah. Aku jaga diri kok disini. Sejak saat itu, aku gak pernah melihat Bapa marah, ngomel atau mengeluarkan nada keras. Bapak sekarang sudah seperti air, dingin dan menyejukan. Bapak terimakasih sekali lagi, buat semua hal.
Terimakasih tidak pernah berkata kasar selama mendidik kami. Semarah-marahnya Bapak, hanya "diam" yang jadi puncak kesabaran.
Pa, maaf...
Akibat salah paham, 6 jam kita pernah diam-diam. Sampai Bapak berkaca-kaca, dan aku malah malu buat meminta maaf. Akhirnya, sehabis pulang dari masjid. Sengaja aku duduk di ruang tamu.
Lalu, pas pintu dibuka aku beranikan diri bilang, "Pa, maafiin Lilis yah, Lilis bener-bener minta maaf. Bapa jangan diem lagi ya."
Melihat aku yang berkata demikian, Bapa lekas menaruh sajadah di pinggir kursi dan memeluk aku. Sambil mengusap kepala ku berkali-kali. Dan berkata, " Bapa juga minta maaf ya. "
Selepas itu, aku liat mata Bapak merah, dan berair. Itu adalah kesalahan yang tidak akan pernah aku ulangi. Bapak, terimakasih. Untuk semuanya dalam kehidupan anak-anakmu ini. Terimakasih. Sudah membuat kami menjadi mandiri dan sederhana.
Terimakasih Pa,
Semoga setiap letih, dan telapak tangan yang mulai menua menjadi sedekah untuk Bapa.
Aamiin..
Aku sayang sama Bapa dan Mama
Jkt, 8 April 2020
17:57
Lilis Setiani
0 Comments