"Untuk suatu hal yang menghawatirkan, Aku hanya takut dibalik perayaan terdapat sedih menahan ke-RINDUA-an" -Lilis Setiani
Dear : Me
Ini adalah dokumentasi lebaran tahun lalu, tepatnya 2019. Saat dimana, ada hal kecil pun menjadi sebuah salah yang wajib dimaafkan dan saling meminta maaf. Beberapa berita simpang siur belakangan ini memang patut di perjelas lagi.
TENTANG MUDIK?
Iyah, MUDIK bukan soal budaya tapi juga cerminan diri yang senantiasa kembali pada tanah kelahiran leluhur juga pada romansa ketika berbuka dan sahur. Puasa dan lebaran adalah dua hal yang tidak akan lepas, tidak akan bisa saling melepaskan satu sama lain. Sama halnya dengan perantau dan MUDIK. Tidak bisa lepas dan terlepas mencari istilah lain.
Namun, hari ini ketika sebuah serangan hampir melapisi titik merah planet bumi, membuat manusia saling berjaga diri dan enggan bertegur sapa lagi. Padahal, kami sungguh merindukan mereka. Ibu dan Ayah, Nenek, Paman, Bibi, Sahabat dan semua aroma-aroma hangat kampung juga rupa padan keakraban tanpa sekat dibalik besi mengkilap apalagi tembok kuning megah bagai emas berkarat-karat.
"Harus dipendam, "
Mungkin sebuah kalimat yang akan menjadi penentram hati para perantau negeri. Bahkan ini untuk pertama kali, kalimat penyambung
"Kamu akan terbiasa tanpa kabar".
Juga turut serta menyuarakan....
Sedih ??, "iyah !!!" JAWAB ku lantang !
Aku dan mereka pun merasakan hal yang sama. Setiap membayangkan wajah kedua orang tua, yang bahagianya luar biasa saat memotong ayam, mengolah dan memasaknya lalu di habiskan bersama sambil bersenda gurau juga melihat kembali foto-foto lama di laptop yang kami sengaja bawa.
- Malam yang dingin, udara yang terus bergemuruh saling bertakbir, aku rindu itu..
- Langit yang cerah, dengan bulan menghiasi obor keliling yang dibawa para anak kecil.. aku rindu itu..
- Saling ber TAKBIR, melantunkan pujian, menyambut esok lebaran pada microphone yang bergantian lalu tiap memakan cemilan, minum teh hangat buatan para ibu-ibu, menahan kantuk di mushala mungil, aku rindu itu..
- Menyetrika baju, mencari parfum kesukaan, menyiapkan sajadah juga mukena untuk shalat ke lapangan luas, aku rindu itu..
- Melebarkan pintu rumah pada setiap tetangga yang lewat, meminta duduk, menawari makanana lebaran, saling bercerita dengan sanak saudara..Aku rindu itu..
- Berboncengan dengan Kakak, adik.. Lalu bergantian seperti itu setiap tahun melewati jalanan yang aspalnya hampir habis di papar panas roda-roda Aku rindu itu..
- Tidak pernah lupa berziarah ke makan kakek, setelah itu kita pulang bersama, terus saling melempar tawa, canda juga bermanja pada tangan kedua orang tua, aku rindu itu..
Aku rindu lebaran nanti..
Semoga wabah ini cepat berlalu, semoga kebahagiaan selalu menghampiri kita setiap waktu..
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala, yang Maha Pengampun dan Maha Penyantun memberikan kita ampunan dan meneteskan kerinduan dalam bait-bait do'a yang penuh haru dan syukur.
Yaa Allah hilangkan semua penyakit dari negeri kami, juga pada setiap hati kami. Karena sungguh, Engkau yang mengatur semuanya dan Engkau pula yang menjamin semuanya dalam perintahMu yang penuh ke-Agungan.
Pada bumi, pada langit dan pada semesta ber-tasbih dan ber-tahmid...
LEBARAN 2020 ?
Jakarta, 22 April 2020
19:39 WIB
Lilis Setiani
0 Comments