Perasaan yang datang, setelah akhir lelah hilang..





Tidak ada yang merencanakan sebuah pertemuan. Kalau saja  ada yang tau, tentu semua memilih untuk menginjakkan kaki di tempat yang aman. Tapi tidak, ini berbeda, bukan tentang planning A, atau destination B. Ini mengenai sikapmu yang menurut aku teramat membuaikan rasa nyaman. Jika saja, ada larangan dalam sebuah simbol jalan, tentu aku akan menghindar. Tapi kau justru menuntunku untuk maju, bukan melawan larangan tapi melindungi kepala ku dari benturan dan gerimis kecil yang datang kian menyerang tajam. Pada malam itu, aku kira semua akan baik-baik saja. 🌼🌻🌺

===🌿🌿🍀🍀

Jujur, ini petama kali aku harus pergi dengan perbekalan yang serepot ini. Aku menyukai pantai, tapi mencoba hal baru bagiku akan seru. Terlebih lagi, aku ingin membuat pengalaman hidupku sendiri menjadi perpaduan warna putih dan biru.


Dengan jaket yang cukup tebal, celana yang lentur untuk membawa langkah kaki. Aku antusias seperti mau lomba lari. Tiba dimana, kantuk datang menemui dan kau tetap terjaga di sisi. Awalnya, aku merasakan sensasi alam dan kehangatan mentari di semua sisi sepanjang perjalanan. 

====🌿🌿🍀🍀

Dan begitu pun dengan keunikan lahan serta piawainya pembawa mobil berkekuatan mesin serba terjal. Lalu, persiapan mental dan perut kita dahulu kan. Madu yang Kau beri, adalah manis seperti kisah ini akan segera selesai di puncak paling berawan untuk bersantai, aku coba menarik tas, mengikat tali sepatu. Di tahap awal, tanah ternyata tidak segampang yang aku bayangkan. Bahkan cenderung membahayakan, lihat, kau lihat bukan, sekali lagi coba kamu lihat? 
===🌿🌿🍀🍀

Aku hampir kehabisan nafas di start awal. Tapi, kenapa kau begitu peduli dan seolah aku adalah orang yang tidak akan terabaikan. Aku seakan perempuan yang pantas untuk di pedulikan? Aku hampir menjauh dari ujung yang mulai ragu ku tempati. Tapi kamu tetap memberi dukungan yang bahkan kebohongan dan tipuan adalah jalan keluar terbaik untuk mengumpulkan niatku yang mulai rapuh mengakar.



Aku merasakan tidak baik-baik saja, jika kau mau aku berkata gamblang. Tapi, seperti alam yang dihujani air, kamu pun sangat memahami bagaimana perasaan dan perilaku ku yang seolah-olah kuat, nyatanya bercucuran air mata yang terlanjur kering. Waktu itu, gumpalan awan pun sudah tidak kelihatan. Tapi  pelangi bersambut dengan kebersamaan di tengah kesulitan yang gencar membakar. "Aku mengenalmu baru, aku merepotkan ya?" 
Pikiranku selalu berkata demikian. 

===🌿🌿🍀🍀

Perempuan yang berkata "sudah", padahal dalam lekatnya ingin di berikan semangat "jangan berhenti, kita harus sampai sama-sama."
Ucapan dari laki-laki itu ada di sekitaran, dan aku perlu mengenal salah satunya. Diantara yang membuatku merasakan perasaan tidak diam, berlarian dan tidak bisa memahami dengan tenang.. itu kamu.

Perempuan mana yang tidak menggenggam tangan untuk mengumpulkan tenaga setelah kehabisan bekal di jalanan. Perempuan mana yang rela melepaskan genggaman untuk menghilangkan rasa perhatian?
Kamu, kenapa seperti itu. Aku melihatnya berbeda, bukan ke sesama teman, tapi beda. Kamu tau apa yang aku sedang ceritakan?
Dewasa dan mengayomi, itu ada di sana. Disat aku memerlukan banyak perkara sulit menjadi lebih ringan diselesaikan.



Kamu mempunyai cara untuk membuatku kagum, rasa peduli, tidak bersifat ke-aku-an yang membuatku juga berfikir, kamu sudah terlalu kelewatan dalam menaruh kepedulian atau memang aku yang merasa keterlaluan?
================================================💦💦👋👋

Kamu meminta aku duduk didepan, sedang apa yang aku rasakan, kamu membuatku spesial. Laki-laki dewasa, penuh perhitungan, tanggap dan selalu waspada adalah impian setiap perempuan. Kamu itu bertingkah seakan-akan biasa, tapi aku telah memandangnya berbeda. Dingin disana, tidak berarti apa-apa saat aku yang jatuh dalam kekalahan cuaca. Jaket, sarung tangan, semua yang menjadi perbekalanmu, kau limpahkan begitu saja kepada sosok perempuan yang baru saja kau kenal. Maaf begitu aku merepotkan, kau selalu menapik bahwa kemanusiaan jauh diatas segalanya. Kau tidak tidur semalaman, dan bilang, menjaga dan terjaga sudah biasa aku lakukan untuk sebuah malam di hutan. Makanan yang sempat kau masak, aku telan sehabis badan tidak karuan. Kau bahkan mengatakan, 
"Makan dulu lah, nanti baru minum obat, terus istirahat."

Seperti bentuk gelembung yang bertaburan di udara, begitu kira-kira yang aku rasa peka terhadap sikap baikmu. Lagi-lagi ini perasaan aku saja atau memang sudah jalan Nya.
Maaf, sekali lagi maaf. Aku hanya merasa sangat membuat kamu kerepotan. Dan akhirnya, berlanjut ke teks yang aku pun sulit untuk mengungkapkan. 

===🌿🌿🍀🍀

Terimakasih kamu yang selalu terjaga dikala buas malam menyerang. Terimakasih kamu yang rela menambah beban, disaat energi sudah hampir runtuh bersamaan. Hai, kamu terimakasih sudah memberiku arti pertemanan, saling memperhatikan dan membuang sikap menyerah dan si pecundang. Terimakasih kamu, yang terdalam dari aku. Aku meninggalkan sebuah kesan yang jarang sekali aku ungkapkan pada seorang teman. Dan aku senang sudah bisa berpetualang di dunia yang ekstrem bersama kalian. Terimakasih ..

"Aku berterimakasih pada semesta karena begitu luar biasa caranya mempertemukan kita, ini mungkin seperti kebetulan, tapi bagiku ini lebih dari pada itu, kamu yang tak kenal lelah, padahal ku tau kamu teramat marah, tapi tak kau tunjukan kekesalanmu , terimakasih telah memberi kan aku perjalanan terbaik untuk pertama kalinya dengan kesan2 yang teramat membuat ku bahagia, terimakasih karena kamu ada disaat aku membutuhkan mu, kau tidak sama sekali mau meninggalkan ku padahal kau punya kesempatan itu , 
Terimakasih untuk semua kisah dan kasih yang telah kau rajut dan kau tanamkan di dalam hatiku ❤😍 " (NC)

(Sebuah ungkapan dari Teman - Yang coba tertulis dalam pesan)



Jakarta, 20 Maret 2020
 12:54 WIB


Lilis Setiani



Post a Comment

2 Comments

Admin said…
Keren kak Pengalamannya.
Dua Jendela said…
Terimakasih banyak, itu pengalaman teman yang saya tuang2in ke. Tulisan hehee😊

Comments