Laju Berbahasa Tumit
(Lilis Se)
Google.com |
Sepekan jalanan telah melintang
Melewati redup menerobos remang
Tiba berbicara lirih pada hati
Mengeluh sedikit tidak akan berarti
Jejak sapa mengiringi langkah
Bilang ini hanya sebuah celah..
.
.
Aku haus..
Aku terbebani..
Aku tersudut..
Aku hampir saja,
Menang dalam sikap pengecut..
.
.
Hari itu,
Tepat saat rata dan tanjakan bersahabat,
Gas dan panas berpelukan,
Sorakan,tepukan dan kegagahan dipertunjukkan..
.
.
Aku..
Hampir tertunduk pasif..
Hampir roboh bersama tonggak..
Hampir mati digorok penyesalan..
Hampir hampir aku kehilangan hidup..
.
.
Sebuah penyerahan hebat baru saja terlintas..
Lantas kupandangi jalanan yang pula ditindas..
Aku melihat semua butuh keadilan..
Aku melihat, semua harus diperjuangkan..
.
.
Banyak cara mencukupi diri
Tapi tak banyak cara menghargai sang pemberi..
Jika itu kamu lakukan..
Maka takluk sudah keserakahan..
.
.
Coba lihat ke arah tengah..
Tepat saat posisiku sejajar dengan bayang raga..
Sudahkah kau belajar?
Bahwa, keputusasaan adalah racun mematikan..
Pelan pasti membunuhmu secara perlahan..
.
.
Bangkit, dan kuatkan diri..
Jiwaku sosok pemenang sebelum hadirmu..
Kesungguhanmu memberi kekuatan pada tulang yang saling terbentang..
Alam luas pikiran luas dan harapan yang luas..
Segera datang dalam porsi dan kapasitas yang pas.
Jakarta, 6 September 2019
19:35
Lilis Setiani
Note : Tulisan ini saya tulis tepat saya berada di tengah malah, di jalan tol arah Jawa.
0 Comments